Pages

Selasa, 29 Januari 2013

Hujan.

Langit tampak kelabu sejak siang tadi, aku fikir akan hujan, dan ya tepat pukul 16.00 kota Medan ku diguyur air langit. Ah! Bagaimana aku pulang ke rumah tanpa basah kuyup, tanpa mantel, tanpa payung, ataupun jaket yang bisa ku gunakan untuk berlindung dari rintikan-rintikan hujan ini?
Aku pun berlari ke warung di dekat halte tempat aku menunggu bis yang akan membawaku pulang kerumah, tapi ah..lama sekali. Aku memang suka pergi ke tempat ini. Aku memang tidak begitu suka tempat yang ramai belakangan ini. Aku lebih suka duduk sendiri di tempat bermain yang ada di Lapangan Merdeka, berpangku tangan dan melihat langit, sangat indah kurasa. Ditambah lagi, aku bisa berpikir jernih dan merangkai skema-skema tentang apa-apa saja yang harus ku lakukan di kemudian hari, tapi sial...imajinasiku buyar ketika aku mulai melihat gumpalan langit hitam tepat di atas kepalaku. Aku harus segera pulang, tapi aku masih ingin disini. Itulah yang menyebabkan mengapa aku terjebak oleh tentara air langit yang sejatinya telah mengingatkan aku untuk kembali kerumah sejak tadi, tapi aku mengabaikannya.

Senin, 28 Januari 2013

Gagal Move On, I guess.

Gue bukan orang yang puitis. Maka dari itu lo yang baca cerita gue gak bakal merasa terharu ataupun mesti lari ke warung buat beli tisu. Bukan.
Gue juga bukan orang yang pandai merangkai kata-kata lelucon, yang akhirnya membuat lo tertawa terpingkal-pingkal karena celotehan gue di blog ini. Bukan.
Gue cuma orang biasa, yang selalu hidup dengan mencoba membuat titik balance antara keduanya. Oke, ini adalah pembuka yang paling absurd dari yang pernah gue buat.

 *scroll down*
Emang ini postingan yang keberapa, Ky?
Yang....pertama.
-_-)v

Gue mau bahas tentang betapa cinta bisa membuat orang menjadi semunafik gue. Gue minta maaf. Gue gak seharusnya cerita ini, tapi gue cuma bermaksud apa yang terjadi di dalam hidup gue dan (mungkin) terjadi juga di hidup kalian bakal gak terjadi lagi di kehidupan orang lain. 

Sumber : Google.com